Sebuah Catatan Untuk Calon Suamiku
Sabtu, Juni 03, 2017
Bismillahirrahmaanirrahiim
Dear You
Saat Saya membuat tulisan ini, Saya benar-benar tidak mengetahui
keberadaanmu di mana, hidup di dalam keluarga yang bagaimana, apa yang sedang
kau usahakan untuk menjadi, bahkan seperti apa wujud rupamu pun Saya tidak mengetahuinya.
Sebenarnya sudah lama Saya ingin membuat tulisan untukmu, namun jemari
ini rasanya tak sanggup mengungkapkan apa yang ada dalam benak dan terbayang
oleh pikiran. Rasanya suara hati dan gambaran pikiran lebih cepat berlari di
banding tutur kata yang ingin terabadikan melalui tulisan. Ah, Saya benar-benar
merasa bahwa jiwa lebih cepat berlari ribuan kilometer menemuimu dibanding
raga yang terperangkap oleh waktu di sini.
Sebelum menemuimu, Saya berusaha mempersiapkan diri dengan matang. Bukan
hanya dari usaha yang Saya lakukan sendiri, tetapi juga sepertinya Allah
mengkondisikan Saya dalam berbagai keadaan dan situasi di setiap peristiwa yang
terjadi pada hidup untuk bisa lebih mendewasakan Saya. Ya, diriku yang kau
temui itu adalah proses panjang yang sudah sekian kali berhadapan dengan
tempaan pembelajaran hidup. Jangan heran jika seperti itulah diriku yang Kau
temui.
Dari kecil, Saya merasa bahwa pemikiran Saya jauh lebih berkembang dibanding
usia anak-anak pada umumnya. Maksudnya, ya Kau bayangkan saja betapa sudah dari
jauh hari Saya meminta jodoh yang begini dan begitu, seperti ini dan seperti
itu. Dirimu jangan heran ya jika yang Kau temui adalah diriku yang kini ada
bersamamu. Hehe 😊
Seiring berkembangnya waktu, dan usia tentunya, Saya memperbaiki konten
isi dalam setiap do’a-do’a yang Saya panjatkan. Perlahan bukan lagi soal
kepentingan dunia, namun lebih bernilai banyak untuk kepentingan akhirat.
Mudah-mudahan tetap seperti itu tidak tergoyahkan, makanya Saya mengharapkan
pasangan yang bisa membimbing, menuntun, serta bersama-sama berusaha agar
selalu taat dan selamat menuju jannahNya yang mungkin ada dalam dirimu.
Dan Saya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Terima kasih telah
menerima Saya, memilih Saya, dan mencintai Saya Karena Allah.
Tahu kah Kau? untuk sampai ke dalam tahap “SIAP NIKAH” bukan perkara yang
mudah bagi Saya. Ini bukan soal mental Saya yang tidak Siap, hanya saja ketika
itu kondisi di sekitarlah yang membuat Saya sepertinya harus menyelesaikan
beberapa tugas-tugas dalam peran Saya sebagai Anak, Kakak, dan bagian dari
keluarga.
Saya tidak ingin begitu Saya hidup bersamamu, justru Saya masih
meninggalkan tugas dari peran-peran saya sebelumnya. Ya, ini ada kaitannya
dengan tanggung jawab terhadap diri Saya sendiri. Saya hanya merasa Sertifikasi
saya dalam peran sebelumnya paling tidak minimal ada di nilai B+. Agar ketika Saya
hidup bersamamu jauh lebih kondusif antara dunia dan akhiratnya. Saya ingin
sama-sama masuk surgaNya bersamamu juga. Dan untuk sampai pada tahap hidup
bersanding bersamamu, Saya perlu melakukan serangkaian percepatan usaha, untuk
meningkatkan kualitas dan kapasitas Saya sebagai pribadi, Istri,dan Ibu
nantinya dengan basis Islamic Parenting.
Kau setuju kan dengan konsep ini?
Bagi Saya pernikahan bukan soal hidup bersama, punya anak,
bekerja/bangun bisnis, lalu mati tanpa bekal persiapan ilmu yang sangat perlu
diwariskan untuk generasi-generasi kita nantinya. Ya, itu adalah salah satu
alasan yang akhirnya menjadi usaha Saya untuk menjemputmu melalui rangkaian persiapan
ilmu. Selain memintamu kepadaNya dalam setiap sujud dan do’a.
Duhai calon suamiku,
Jika kau tanya apa visi Saya dalam pernikahan kita, maka akan terjawab
seperti ini
Menjadi Generasi Keluarga Islam Idaman melalui jalan tarbiyah untuk sampai ke jannahNya.
Saya berharap ketika Bersama, Saya tidak merasa sendirian, Kau paham kan
maksudnya?
Ya di manapun Kau berada saat ini, semoga Kau bisa selalu menjaga Izzah
dan Iffahmu, menyelesaikan tugasmu sebelumnya, memahami peranmu sebagai apa,
berdamai dengan duniamu sebelum menemuiku, seperti yang Saya juga berusaha
untuk lakukan. Mudah-mudahan setelah Saya membuat tulisan ini Allah menyatukan
kita dalam ikatan pernikahan yang diridhaiNya. Aamiin
With Love
Apriza Hapsari.S.
__________________________________________________________________________________
Rasanya rangkaian kata-kata di atas masih belum cukup untuk menceritakan
isi benak saya untuknya, tetapi biarlah sementara itu, sampai tiba saatnya
nanti. Saat tokoh imajiner di atas benar-benar ada di hadapan Saya. Heheeh…
Dear Readers,
Baiklah edisi kali ini akan cukup panjang pembahsannya. Bagi Saya
pribadi yang (saat membuat tulisan ini) usianya sudah seperempat abad, ini
adalah waktu yang tepat, jika saja Allah menghendaki, untuk menikah. Saya tidak
tahu berapa usia yang ideal untuk menikah bagi Anda?
Jika Anda masih single, nah! Pas banget! Sebaiknya Anda ikut meluangkan
waktu sejenak untuk membaca postingan ini. Saya berharap ini berguna juga untuk
Anda.
Ada pertanyaan besar yang perlu Saya pahami untuk dijawab.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu menuntun siapapun yang membaca untuk menemukan jawaban
Anda sendiri. Sebenarnya ini juga tugas Nice Home Work yang harus Saya selesaikan di salah satu kelas yang sedang saya ikuti. Baca di Sini, ya!
0 comments
Pengaturan komentar ini menggunakan moderasi. Harap bersabar ya. Terima kasih atas komentar yang dikirimkan.